Latar Belakang

Alam merupakan bagian tak terpisahkan dengan kelangsungan hidup mahkluk di muka bumi termasuk manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan yang paling sempurna ditugaskan untuk menjadi Khalifah di bumi. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia memiliki tugas untuk memanfaatkan, mengelola, dan memelihara alam semesta. Allah telah menciptakan alam semesta untuk kepentingan dan kesejahteraan semua makhluk-Nya termasuk manusia.

Oleh karena itu tentu manusia dilarang untuk tidak merawat dan apalagi merusaknya. Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam dapat menyengsarakan manusia itu sendiri. Larangan membuat kerusakan di muka bumi ini telah difirmankan Allah dalam Q.S Ar-Rum (30) ayat 41-42. Yang artinya “ Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan manusia,  supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah; adakanlah perjalanan di muka bumi dan perlihatkan bagaimana kesudahan orang-orang yang dulu.  Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”

Fenomena Tanah longsor, banjir, kekeringan, tata ruang daerah yang tidak karuan, polusi udara, air tercemar, dan sejenisnya adalah buah kelakuan manusia yang merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Sementara dilihat dari gelagat perilaku kebanyakan manusia terhadap lingungan diketahui; tidak semua masyarakat mengetahui dan menyadari bahwa kelestarian alam merupakan perjalanan/pergerakan berbanding lurus dengan keselamatan manusia. Sehingga alam perlu dan bahkan wajib dijaga dengan baik. Dan dengan ketidak mengetahui dan menyadarinya sebagaian manusia terhadap hubungan pelestarian alam dengan keberlangsungan hidup tersebut, maka jika terjadi kerusakan dan bahkan perusakan alam, dan atau membiarkan alam tidak terkelola dengan baik oleh manusia itu tidak pula dianggap bahwa hal itu merupakan perbuatan buruk bahkan perbuatan dzalim.

Untuk itu, diperlukan pengingatan kembali kepada manusia agar kembali ke khittah penciptaanya sebagai pemelihara bumi. Sebab hampir dipastikan kelanggengan kehidupan bumi sangat bergantung kepada perilaku manusia itu terhadap alam.

Berdasarkan hal-hal di atas, sekolah memandang perlu untuk memberikan pengetahuan kepada generasi penerima tongkat estafet kekhalifahan bumi (dalam hal ini Peserta Didik SMPN 1 Bulukerto) pembelajaran Cinta Lingkungan yang kemudian oleh sekolah dicanangkan pembelajarannya melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Agrowiyata yang kemudian disebut EKSKUL AGROWI TERPADU disingkat EAT, sekaligus sebagai pengejawantahan Salah satu Program Sekolah Adiwiyata.


Ekskul Agrowi Terpadu

Agrowi Terpadu adalah istilah yang berpengertian; Agrowi = (singkatan akronim dari kata Agrowiyata yang berarti Pendidikan/pengajaran tentan...